Tiap spesies memiliki ciri-ciri
tertentu yang spesifik yang hampir sama dari generasi ke generasi, bahkan ciri
ini ada sejak dulu kala.
Sel
ini memiliki inti sel atau nukleus, pada inti sel terdapat jalinan seperti
benang halus yang disebut kromosom. Kromosom inilah yang merupakan pembawa
sifat keturunan. Di sepanjang kromosom terdapat gen yang merupakan penentu
sifat keturunan suatu makhluk hidup. Jadi baik kromosom maupun gen sama pentingnya dalam penurunan sifat.
Berdasarkan fungsinya, kromosom dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu:
1. Kromosom Tubuh (Autosom) Yaitu kromosom yang menentukan ciri-ciri tubuh.
2. Kromosom Kelamin (Gonosom) Yaitu kromosom yang menentukan jenis kelamin pada individu jantan atau betina atau pada manusia pria atau wanita.
1. Kromosom Tubuh (Autosom) Yaitu kromosom yang menentukan ciri-ciri tubuh.
2. Kromosom Kelamin (Gonosom) Yaitu kromosom yang menentukan jenis kelamin pada individu jantan atau betina atau pada manusia pria atau wanita.
Jumlah
dan bentuk kromosom pada setiap sel tubuh spesies makhluk hidup adalah
tertentu. Misalnya pada manusia pada setiap sel tubuhnya terdapat 46 buah
kromosom atau 23 pasang kromosom. 46 kromosom tersebut berasal dari ayah 23
buah dan berasal dari ibu 23 buah. Jadi walaupun seorang anak mirip ayahnya
tetap saja setengah dari jumlah kromosom tubuhnya berasal dari ayah dan
setengah dari ibu.
1. Sel Diploid dan Sel Haploid
Sel Diploid (2n), yaitu
sel yang memiliki kromosom dalam keadaan berpasangan atau sel yang memiliki dua
set atau dua perangkat kromosom. Misalnya sel tubuh manusia memiliki 46 buah
kromosom yang selalu dalam keadaan berpasangan sehingga disebut diploid (2n)
(di berarti dua, ploid berarti set/perangkat).
Sel haploid (n),
yaitu sel yang memiliki kromosom yang tidak berpasangan atau hanya memiliki
seperangkat atau satu set kromosom saja. Contohnya pada sel kelamin
manusia, hanya memiliki kromosom tidak berpasangan . Hal ini terjadi karena
pada saat pembentukan sel kelamin, sel induk yang bersifat diploid membelah
secara meiosis, sehingga sel kelamin anaknya hanya mewarisi setengah dari
kromosom induknya. Maka dalam sel kelamin (gamet) manusia terdapat 23 kromosom
yang tidak berpasangan atau hanya memiliki seperangkat atau satu set kromosom saja,
disebut sel haploid (n).
|
2. Genotip
Genotip
adalah susunan gen yang menentukan sifat dasar suatu makhluk hidup dan bersifat
tetap. Dalam genetika genotip ditulis dengan
menggunakan simbol huruf dari huruf paling depan dari sifat yang dimiliki oleh
individu. Setiap karakter sifat yang dimiliki oleh suatu individu dikendalikan
oleh sepasang gen yang membentuk alela. Sehingga dalam genetika simbol genotip
ditulis dengan dua huruf. Jika sifat tersebut dominan, maka penulisannya
menggunakan huruf capital dan jika sifatnya resesif ditulis dengan huruf kecil.
Genotip yang memiliki pasangan alela sama, misalnya BB atau bb, merupakan
pasangan alela yang homozigot. Individu dengan genotip BB disebut homozigot
dominan, sedangkan individu dengan genotip bb disebut homozigot resesif
. Untuk genotip yang memiliki pasangan alela berbeda misal Bb, merupakan
pasangan alela yang heterozigot.
3. Fenotip
Fenotip adalah sifat yang tampak
pada suatu individu dan dapat diamati dengan panca indra, misalnya warna bunga
merah, rambut keriting, tubuh besar, buah rasa manis, dan sebagainya. Fenotip
merupakan perpaduan dari genotip dan faktor lingkungan. Sehingga suatu individu
dengan fenotipe sama belum tentu mempunyai genotip sama.
|
|
4. Dominan
Gen dikatakan dominan apabila gen
tersebut bersama dengan gen lain (gen pasangannya), akan menutup peran/sifat
gen pasangannya tersebut. Dalam persilangan gen, dominan ditulis dengan huruf
besar.
5. Resesif
Gen dikatakan resesif apabila
berpasangan dengan gen lain yang dominan, ia akan tertutup sifatnya (tidak
muncul) tetapi jika ia bersama gen resesif lainnya (alelanya) sifatnya akan
muncul. Dalam genetika gen resesif ditulis dengan huruf kecil.
|
6. Intermediet
Gen Intermediet adalah sifat suatu
individu yang merupakan gabungan dari sifat kedua induknya. Hal ini dapat
terjadi karena sifat kedua induk yang muncul sama kuat (kodominan). Misalnya
bunga warna merah disilangkan dengan bunga warna putih, menghasilka keturunan
berwarna merah muda.
7. Hibrid
Adalah hasil perkawinan antara dua
individu yang memiliki sifat beda. Bila individu tersebut memiliki satu sifat
beda disebut monohibrid, dua sifat beda disebut dihibrid, tiga sifat beda
trihibrid, dan sebagainya.
D. Hukum
Penurunan Sifat Mendel
Ilmu yang mempelajari tentang
sifat-sifat yang diwariskan, cara sifat diwariskan, dan variasinya yang terjadi
pada keturunannya disebut ilmu keturunan atau genetika. Seorang tokoh yang
berjasa dalam mempelajari sifat-sifat yang diwariskan dari induk pada
keturunannya ialah Gregor J. Mendel (1822 - 1884) sehingga ia dikenal sebagai
bapak genetika. Dalam percobaannya, Mendel menggunakan tanaman kacang ercis
atau kacang kapri (Pisum sativum).
Adapun alasan Mendel menggunakan
tanaman kacang ercis dalam percobaannya adalah:
1. Memiliki pasangan sifat yang kontras.
2. Dapat melakukan penyerbukan sendiri.
3. Mudah dilakukan penyerbukan silang.
4. Mempunyai daur hidup yang relatif pendek.
5. Menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak.
Langkah awal yang dilakukan Mendel adalah menentukan galur murni, yaitu tanaman yang apabila melakukan penyerbukan sendiri senantiasa menghasilkan keturunan yang sifatnya sama persis dengan sifat induknya, walaupun penyerbukan tersebut dilakukan berulang -ulang hasilnya akan tetap sama. Selanjutnya Mendel menyilangkan dua individu galur murni yang sama-sama memiliki pasangan sifat yang kontras. Misalnya kapri berbunga merah disilangkan dengan kapri berbunga putih, yang keduanya galur murni. Dari persilangan tersebut, Mendel mengemukakan beberapa kesimpulan yang kemudian disebut Hukum Mendel:
1. Setiap individu hasil persilangan mengandung gamet dari kedua induknya (bersifat diploid = 2n), misalnya induk jantan berwarna merah (MM) dan betina (mm) maka keturunannya memiliki gen Mm.
2. Pada proses pembentukan gamet, gen berpisah secara acak (Hukum Segregasi secara bebas) atau dikenal sebagai Hukum Mendel I. Jadi Mm akan berpisah menjadi dua gamet, yaitu M dan m.
3. Pada proses pembuahan (fertilisasi) gamet akan bertemu secara acak pula (asortasi) atau dikenal sebagai Hukum Mendel II. Dalam kasus di atas gamet M dapat membuahi gamet lainnya, misalnya M atau dapat juga m.
1. Memiliki pasangan sifat yang kontras.
2. Dapat melakukan penyerbukan sendiri.
3. Mudah dilakukan penyerbukan silang.
4. Mempunyai daur hidup yang relatif pendek.
5. Menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak.
Langkah awal yang dilakukan Mendel adalah menentukan galur murni, yaitu tanaman yang apabila melakukan penyerbukan sendiri senantiasa menghasilkan keturunan yang sifatnya sama persis dengan sifat induknya, walaupun penyerbukan tersebut dilakukan berulang -ulang hasilnya akan tetap sama. Selanjutnya Mendel menyilangkan dua individu galur murni yang sama-sama memiliki pasangan sifat yang kontras. Misalnya kapri berbunga merah disilangkan dengan kapri berbunga putih, yang keduanya galur murni. Dari persilangan tersebut, Mendel mengemukakan beberapa kesimpulan yang kemudian disebut Hukum Mendel:
1. Setiap individu hasil persilangan mengandung gamet dari kedua induknya (bersifat diploid = 2n), misalnya induk jantan berwarna merah (MM) dan betina (mm) maka keturunannya memiliki gen Mm.
2. Pada proses pembentukan gamet, gen berpisah secara acak (Hukum Segregasi secara bebas) atau dikenal sebagai Hukum Mendel I. Jadi Mm akan berpisah menjadi dua gamet, yaitu M dan m.
3. Pada proses pembuahan (fertilisasi) gamet akan bertemu secara acak pula (asortasi) atau dikenal sebagai Hukum Mendel II. Dalam kasus di atas gamet M dapat membuahi gamet lainnya, misalnya M atau dapat juga m.
a.
Persilangan ini terjadi antara dua individu yang mempunyai sifat dominan penuh
dengan individu lain yang bersifat resesif.
b.
Hasil Fl seragam, dengan genotipe dan fenotipe semua keturunan Fl sama.
c. Apabila persilangan dilanjutkan dengan
menyilangkan individu sesama
Persilangan monohibrid dominan
adalah persilangan dua individu sejenis yang memerhatikan satu sifat beda
dengan gen-gen yang dominan. Sifat dominan dapat dilihat secara mudah, yaitu
sifat yang lebih banyak muncul pada keturunan dari pada sifat lainnya yang
sealel. Persilangan monohibrid sudah diteliti oleh Mendel. Dari hasil
penelitiannya dengan tanaman kacang kapri. Jika tumbuhan berbatang tinggi
disilangkan dengan tumbuhan sejenis berbatang pendek menghasilkan F, tumbuhan
berbatang tinggi, dikatakan bahwa batang tinggi merupakan sifat dominan,
sedangkan batang pendek merupakan sifat resesif. Jadi, pada F, dihasilkan keturunan
yang mempunyai sifat sama dengan sifat induk yang dominan. Rasio/perbandingan
genotipe pada F2 = 1 : 2 : 1, sedangkan rasio fenotipenya = 3 :
l.
Mendel menyilangkan tanaman kacang
ercis berbunga merah galur murni (MM) dengan kacang ercis berbunga putih galur
murni (mm), dihasilkan keturunan pertama (Filial) F1 yang semua berwarna merah
dengan genotipe Mm. Bila sesama F1 ini disilangkan akan menghasilkan keturunan
II atau F2.
a.
Persilangan ini terjadi antara dua individu dengan sifat yang tidak dominan
tetapi juga tidak resesif terhadap sesamanya.
b.
Individu Fl merupakan perpaduan sifat kedua induknya, sadangkan pada F2
dihasilkan keturunan perbandingan genotipe dan fenotipe 1: 2:1.
Persilangan monohibrid intermediat
adalah persilangan antara dua individu sejenis yang memperhatikan satu sifat
beda dengan gen-gen intermediat. Jika tumbuhan berbunga merah disilangkan
dengan tumbuhan sejenis berbunga putih menghasilkan F, tumbuhan berbunga merah
muda, dikatakan bahwa bunga merah bersifat intermediat. Dengan cara persilangan
seperti pada persilangan monohibrid dominan di atas. dapat diketahui bahwa
rasio genotipe dan fenotipe F, pada persilangan monohobrid intermediat sama,
yaitu 1 :2 : l.
Pada kesempatan lain, Mendel juga
menyilangkan tanaman Antirrinum majus berbunga merah galur murni (MM) dengan
bunga putih galur murni (mm). Ternyata seluruh keturunan pertama berbunga merah
muda (Mm). Warna merah muda ini terjadi karena pengaruh gen dominan yang tidak
sempurna (kodominan). Untuk memperoleh F2 maka Mendel menyilangkan sesama F1.
3.
Persilangan dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)
Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan memperhatikan dua sifat yang berbeda. Misalnya, ercis berbiji bulat berwarna kuning (BBKK) disilangkan dengan ercis berbiji keriput berwarna hijau (bbkk). Karena sifat bulat dan kuning dominan terhadap sifat keriput dan hijau, maka turunan pertama semuanya berbiji bulat kuning heterozigot (BbKk). Jika sesama F1 ini disilangkan, akan diperoleh 16 kombinasi genotipe dan 4 macam fenotipe.
Dapat dilihat bahwa ada 4 macam fenotipe pada F2 yaitu:
Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan memperhatikan dua sifat yang berbeda. Misalnya, ercis berbiji bulat berwarna kuning (BBKK) disilangkan dengan ercis berbiji keriput berwarna hijau (bbkk). Karena sifat bulat dan kuning dominan terhadap sifat keriput dan hijau, maka turunan pertama semuanya berbiji bulat kuning heterozigot (BbKk). Jika sesama F1 ini disilangkan, akan diperoleh 16 kombinasi genotipe dan 4 macam fenotipe.
Dapat dilihat bahwa ada 4 macam fenotipe pada F2 yaitu:
Dengan demikian perbandingan fenotipe F2 pada persilangan
dihibrid adalah bulat kuning : bulat hijau: keriput kuning : keriput
hijau = 9 : 3 : 3 : 1. Jika dari persilangan tersebut dihasilkan
1600 keturunan, maka kemungkinan diperoleh ercis berbiji bulat warna kuning
ialah:
9/16 × 1600 = 90 pohon.
9/16 × 1600 = 90 pohon.
Dalam persilangan monohibrid diketahui bahwa gamet yang
terbentuk pada P2 ada 2 macam, sementara itu pada persilangan dihibrid yang
terbentuk pada P2 ada 4 macam, untuk persilangan trihibrid ada 8 macam, bila
persilangan dengan n sifat beda akan diperoleh 2n macam gamet. Untuk menentukan
macam gamet yang terbentuk dapat digunakan diagram garpu.
Manusia mempunyai 23 pasang kromosom yang terdiri dari
autosom (kromosom tubuh dan gonosom (kromosom kelamin). Maka rumus kromosom pada
pria adalah 22AAXY dan pada wanita 22AAXX. Rumus tersebut artinya manusia
memiliki 22 pasang autosom dan sepasang kromosom yang menentukan jenis kelamin
(gonosom/kromosom seks). Jadi kromosom seks ada dua jenis, yaitu XY untuk pria
dan XX untuk wanita.
dan XX untuk wanita.
Gen yang bertempat pada kromosom seks disebut gen terpaut
seks. Sifat gen yang terpaut dalam seks sifatnya bergabung dengan jenis kelamin
tertentu dan diwariskan bersama kromosom seks. Umumnya gen terpaut seks
terdapat pada kromosom X, tetapi ada juga yang terpaut pada kromosom Y.
Orang yang menderita buta warna tidak dapat membedakan
warna-warna tertentu, buta warna merah hijau, tidak mampu membedakan warna
merah dan hijau. Buta warna ini dikendalikan oleh gen resesif. Gen ini terpaut
dalam kromosom X. Terdapat 5 kemungkinan genotipe, yaitu:
1) XC XC : wanita normal
2) Xc Xc : wanita buta warna
3) XC Xc : wanita pembawa buta warna/karier
4) XC Y : pria normal
5) Xc Y : pria buta warna
1) XC XC : wanita normal
2) Xc Xc : wanita buta warna
3) XC Xc : wanita pembawa buta warna/karier
4) XC Y : pria normal
5) Xc Y : pria buta warna
Wanita karier atau pembawa artinya wanita yang secara
fenotipe normal tetapi secara genotipe dia membawa alel sifat resesif untuk
buta warna.
Hemofilia merupakan kelainan dimana seseorang darahnya tidak
dapat/sulit membeku bila luka. Luka kecil pun dapat menyebabkan penderita
meninggal karena terjadi pendarahan yang terus-menerus. Gen yang mengendalikan
sifat ini adalah gen resesif dan terpaut dalam kromosom X. Dalam keadaan
homozigot resesif gen ini bersifat letal (menimbulkan kematian). Beberapa
kemungkinan susunan genotipe adalah:
1) XH XH : wanita normal
2) Xh Xh : wanita hemofilia bersifat letal
3) XH Xh : wanita pembawa/karier
4) XH Y : pria normal
5) Xh Y : pria hemofilia
1) XH XH : wanita normal
2) Xh Xh : wanita hemofilia bersifat letal
3) XH Xh : wanita pembawa/karier
4) XH Y : pria normal
5) Xh Y : pria hemofilia
1.
Persilangan dihibrida adalah
persilangan antara dua individu
dengan memerhatikan dua sifat yang berbeda.
2.
Menghasilkan individu Fl yang seragam, yaitu semua keturunannya terdiri dari
satu macam genotipe dan satu macam fenotipe.
3.
Perbandingan fenotipe F2 adalah 9: 3: 3: 1 dan jumlah kombinasi F2
sebanyak 16 buah.
4.
Genotip F2 ada 9 buah.
Persilangan tumbuhan atau hewan ini
sangat bermanfaat karena dapat memilih sifat-sifat yang baik dan menghilangkan
sifat-sifat yang kurang baik, dengan demikian persilangan dapat digunakan untuk
memperoleh bibit unggul atau menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat yang
unggul atau yang baik, dengan demikian manfaat persilangan antara lain:
a. Menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat yang baik.
b. Menghasilkan bibit unggul baik pada tumbuhan maupun hewan, misalnya varietas
tanaman jenis unggul hasil persilangan PB5, PB8, IR22, IR24, juga pada ternak,
misalnya sapi Santa gertrudis, hasil persilangan sapi brahman dengan sapi
shorthorn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar